7 Ragam Hidangan Tradisional Gorontalo – Gorontalo, sebuah provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sulawesi, bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya yang memukau dan budaya Islam yang kental, tetapi juga karena kekayaan kulinernya yang luar biasa. Di balik julukan “Serambi Madinah”, Gorontalo menyimpan ragam hidangan tradisional yang menggambarkan identitas masyarakatnya—hangat, penuh rasa, dan sarat makna budaya.
Sejarah dan Filosofi Kuliner Gorontalo
Kuliner Gorontalo lahir dari perpaduan budaya lokal dan pengaruh luar yang datang melalui jalur perdagangan dan penyebaran agama. Sebagai wilayah yang memiliki hubungan erat dengan Kesultanan Ternate dan Makassar, Gorontalo mengadopsi berbagai teknik memasak dan bumbu khas dari kedua daerah tersebut, lalu mengolahnya dengan bahan lokal yang melimpah.
Filosofi makanan Gorontalo sangat erat dengan nilai kebersamaan dan penghormatan terhadap alam. Banyak hidangan yang disajikan dalam acara adat, pernikahan, hingga ritual keagamaan. Penggunaan bahan-bahan seperti jagung, ikan laut, dan rempah-rempah lokal mencerminkan kedekatan masyarakat Gorontalo dengan alam sekitarnya.
Ragam Hidangan Tradisional Gorontalo
Berikut adalah daftar makanan khas Gorontalo yang paling populer dan memiliki nilai budaya tinggi:
1. Binte Biluhuta (Milu Siram)
Binte Biluhuta adalah sup jagung khas Gorontalo yang menyatukan rasa manis, asin, dan pedas dalam satu mangkuk. Terbuat dari jagung manis, suwiran ikan cakalang, udang, kelapa parut, dan rempah-rempah lokal, makanan ini biasanya disajikan hangat dengan perasan jeruk suwanggi yang memberikan aroma segar.
Keunikan binte biluhuta terletak pada teksturnya yang lembut dan kuahnya yang ringan namun kaya rasa. Hidangan ini sering disajikan dalam acara keluarga dan menjadi simbol kehangatan serta kebersamaan.
2. Ilabulo
Ilabulo adalah makanan berbahan dasar sagu yang dicampur dengan hati ayam, telur, dan bumbu khas Gorontalo. Adonan ini kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus hingga matang. Teksturnya kenyal dan rasanya gurih, mirip dengan pepes namun memiliki karakteristik tersendiri.
Ilabulo sering dijadikan makanan ringan atau lauk pendamping nasi. Karena kandungan proteinnya tinggi, makanan ini juga populer sebagai bekal para nelayan dan petani.
3. Ayam Iloni
Ayam Iloni adalah ayam bakar khas Gorontalo yang dimarinasi dengan santan dan bumbu rempah sebelum dipanggang. Proses perendaman bumbu yang lama membuat rasa ayam meresap hingga ke dalam daging, menghasilkan cita rasa yang kaya dan lezat.
Biasanya disajikan dengan sambal colo-colo dan nasi hangat, ayam iloni menjadi menu favorit dalam jamuan makan besar dan acara adat.
4. Bilenthango
Bilenthango adalah olahan ikan mujair atau kerapu yang digoreng setengah matang lalu dibakar di atas daun pisang. Bumbu yang digunakan terdiri dari bawang merah, cabai, tomat, dan kemangi, menciptakan aroma yang menggoda dan rasa yang menggugah selera.
Teknik memasak bilenthango yang unik menjadikannya salah satu kuliner paling otentik dari Gorontalo. Hidangan ini sangat cocok disantap bersama nasi putih dan sambal roa.
5. Sayur Putungo
Sayur Putungo adalah masakan berbahan dasar jantung pisang yang dimasak dengan santan dan rempah khas Gorontalo. Meskipun jantung pisang dikenal di berbagai daerah, versi Gorontalo memiliki cita rasa yang khas karena penggunaan jagung dan kelapa parut dalam kuahnya.
Sayur ini biasanya disajikan sebagai pelengkap dalam acara adat atau makan siang keluarga. Rasanya ringan namun tetap kaya akan nutrisi.
6. Sate Tuna Gorontalo
Gorontalo dikenal sebagai penghasil ikan tuna berkualitas tinggi. Sate tuna khas daerah ini menggunakan potongan daging tuna segar yang dibakar dan disajikan dengan sambal khas berbasis cabai dan jeruk lokal.
Sate ini tidak hanya lezat tetapi juga sehat karena rendah lemak dan tinggi protein. Cocok untuk Anda yang mencari alternatif sate selain daging merah.
7. Duduli
Duduli adalah makanan manis khas Gorontalo yang terbuat dari ketan, santan, dan gula merah. Teksturnya lengket dan rasanya manis legit, mirip dengan dodol namun lebih lembut.
Duduli biasanya disajikan saat hari raya atau acara syukuran. Karena proses pembuatannya yang memakan waktu lama, makanan ini sering dianggap sebagai simbol kesabaran dan ketekunan.